Makna Persembahan Persepuluhan Dan Relevansinya Pada Gereja Masa Kini

Ibelala Gea, Merida Gea

Abstract


Abstrak:

Artikel ini menggunakan metode  kualitatif dan pendekatan literatur dengan analisis deskriptif teks Maleakhi 3:10, guna menjelaskan objek  penelitian secara presisi. Sebab itu tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan pemahaman yang benar tentang persembahan persepuluhan. Hal itu dipandang penting karena berbagai pemahaman warga  jemaat yang simpangsiur, diantaranya adanya kelompok yang memberi persepuluhan bukan karena telah memahami teks Maleakhi 3:10, yang penting bagi mereka melaksanakan sesuai dengan apa yang tertulis lagi pula menunjukkan bahwa mereka mendukung program gereja, walaupun nominal persepuluhan mereka tidak sesuai dengan tuntutan Maleakhi 3:10. Kelompok lain memberi persepuluhan mengikuti sebagaimana perintah Maleakhi 3:10, yakni sepersepuluh dari pendapatan mereka perbulan. Sedangkan kelompok yang lain meyakini bahwa Persepuluhan tidak wajib, karena persepuluhan sejak awal diperuntukkan  bagi para imam yang spesial mefokuskan diri melayani Tuhan dan mereka tidak mendapatkan hak milik seperti tanah dan lain-lain, mereka hidup dari persepuluhan umat Israel. Dengan demikian jika Persepuluhan diterapkan sesuai Maleakhi 3:10 di gereja masa kini, maka sebaiknya para pelayanan seperti Pendeta tidak wajib diberi gaji  perbulan serta fasilitas lainnya seperti rumah, air, listrik, dan lain-lain sebagaimana tradisi diberbagai gereja masa kini. Maka persepuluhan menjadi kewajiban bagi seluruh warga gereja serta disesuaikan berasaran nominalnya sebagaimana perintah pada Maleakhi 3:10. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa persembahan persepuluhan memiliki latar belakang sejarah dari budaya Timur Tengah yang kemudian diadopsi oleh Abraham dan Yakub serta dijadikan sebagai kewajiban  setelah pembuangan sebagaimana dijumpai dalam Malekhi 3:10. Akan tetapi  secara teologi persembahan persepuluhan umat Kristen seharusnyan tidak dibatasi oleh angka atau nominal. Sebab persembahan yang sesungguhnya adalah tubuh, jiwa,dan  roh sebagai persembahan yang hidup.

Kata Kunci: persembahan persepuluhan, relevansi gereja masa kini

 

Abstract:

This article uses qualitative methods and a literature approach with descriptive analysis of the text of Malachi 3:10, in order to explain the object of research with precision. Therefore the aim of the study is to explain the correct understanding of tithing offerings. This is seen as important because of the different understandings of the members of the congregation, including the existence of a group that gives tithing not because they have understood the text of Malachi 3:10, which is important for them to carry out in accordance with what is written also shows that they support the church program, even though the amount of their tithe does not match the demands of Malachi 3:10. Another group tithe following as Malachi 3:10 commanded, which is one tenth of their monthly income. While other groups believe that tithing is not mandatory, because tithing was originally intended for priests who are specifically focused on serving God and they do not get property rights such as land and others, they live from the tithe of the Israelites. Thus if tithing is applied according to Malachi 3:10 in the church, then it is better for ministers such as Pastors not to be paid a salary monthly and other facilities such as houses, water, electricity, and other as is the tradition in various churches today. So, tithing becomes an obligation for all church members and is adjusted according to the nominal value as instructed in Malachi 3:10. From the results of the study it is concluded that tithe offering has a historical background from Middle Eastern culture which was later adopted by Abraham and Jacob and made as an obligation after the exile as found in Malachi 3:10. However , theologically Christian tithes should not be limited by number or nominal. For the true offering is body, soul, and spirit as living sacrifices.

Keywords: tithing offering, relevance of today's church


Keywords


Ilmu Teologi

Full Text:

PDF

References


Soru, Alfred, Esra. 2011. Persembahan persepuluhan. Kupang: Pelangi Kasih Ministry.

Sugiono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Bate’e, Yamowa’a. 2009. Mengungkap Misteri Persepuluhan. Yogyakarta: ANDI.

Andereas. 2009. Segala Sesuatu Tentang: Berkat & Persembahan. Bandung: Revival Publ House.

Sabdono, Erastus. 2018. PERPULUHAN – Persembahan yang Benar Menurut Alkitab. Jakarta: Rehobot Literatur.

Herlianto, 2006. Teologi sukses, Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Robert M. Paterson. Tafsiran Kitab Maleakhi. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Simanjuntak. A. 1991. Tafsiran Alkitab Masa Kini 2 Ayub-Maleakhi. Jakarta: Yayasan komunikasi Bina Kasih.

Sonny Eli Zaluchu, “Strategi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Di Dalam Penelitian Agama,” Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat 4, no. 1 (2020).

M.Pd, Iskandar, Dr. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.

“Pembinaan Iman Kristen Persembahan Persepuluhan” http://www.sahabat-sorgawi-net/bina-Iman/Persepuluhan. Diunduh pada tanggal 18 September 2021.

(IVP Bible Background Commentary: Perjanjian Lama, Hak Cipta ©2000 oleh John H. Walton, Victor H. Matthews dan Mark W. Chavalas. Diterbitkan oleh Inter Varsity Press. Semua hak dilindungi undang-undang).

(The Bible Exposition Commentary: Perjanjian Lama ©2001-2004 oleh Warren W. Wiersb. Hak cipta undang-undang).




DOI: https://doi.org/10.46965/ja.v19i2.700

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

Copyright © 2017
Institut Agama Kristen Negeri Tarutung
Kampus I : Jalan Pemuda Ujung No. 17 Tarutung
Kampus II : Jalan Raya Tarutung-Siborongborong KM 11 Silangkitang Kec.Sipoholon Kab. Tapanuli Utara
email: info@iakntarutung.ac.id