Menggali Makna Simbolik Peletakan Tanduk Kerbau Dalam Kematian Saur Matua Sesuai Adat Batak Toba

Helen Angelita Purba, Hanna Dewi Aritonang, Ibelala Gea

Abstract


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui makna peletakan tanduk kerbau pada kuburan dalam kematian saur matua adat Batak Toba di Desa Lumban Purba Sosorgonting, Kecamatan Dolok Sanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan empiris-analisis-reflektif melalui wawancara terbuka. Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat desa Lumban Purba yang ada di Kabupaten Humbang Hasundutan, dengan sampel yang dipakai dalam penelitian ini yakni 10 orang tokoh dan tetua adat di daerah Lumban Purba Sosorgonting dan beberapa desa lainnya yang terdapat pada daerah Humbang Hasundutan yang dipilih secara selektif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perubahan makna terhadap peletakan tanduk kerbau sebelum dan sesudah kekristenan. 1. Sebelum masuknya kekristenan makna peletakan tanduk kerbau pada kuburan yaitu: a. Sebagai pertanda bahwa yang meninggal tersebut sudah menyelesaikan adat saur matua. b. Sebagai pertanda bagi orang yang melihat kuburan tersebut bahwa orang yang meninggal tersebut adalah orang saur matua (orang tua yang memiliki umur yang panjang dan sudah memiliki keturunan dari anaknya yang laki-laki dan perempuan) dalam adat Batak. 2. Namun setelah masuknya ajaran kekristenan yang ditinjau dalam perspektif Richard niebuhr kemudian sedikit berubah makna. Sekarang peletakan tanduk kerbau pada kuburan mulai dipahami sebagai simbolis jalan untuk menyampaikan persembahan sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan karena sudah memberikan kelancaran pada saat menyelesaikan adat saur matua dan sudah mencapai tingkatan kematian tertinggi dalam adat Batak yakni memberikan umur panjang sampai melihat keturunan dari anaknya laki-laki dan perempuan. Dari perspektif Richard Niebuhr hasil penelitian mengemukakan bahwa relasi agama dan budaya di Desa Lumban Purba Sosorgonting lebih tepatnya ialah agama akan selalu sejalan dengan adat dan agama telah mentransformasikan budaya. Hal ini dapat dilihat dengan mentransformasikan yang artinya mengubah sedikit pemaknaan upacara tersebut dimana kita semula hanya sebagai pertanda sudah saur matua dan sudah menyelesaikan adat saur matua, sekarang kita mengucapkan rasa syukur kita sudah boleh mencapai tingkatan kematian tertinggi dalam adat Batak (saur matua).

Keywords


peletakan tanduk kerbau; saur matua; adat batak; kekristenan

References


Aiko Gibo. Manusia Tidak Mati. Jakarta: PT. Gramedia, 1996.

Anthoni Christie. Benarkah Surga Itu Ada? Yogyakarta: Charissa Publisher, 2019.

Badudu Zain. Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.

Bungaran Antonius Simanjuntak. Konflik Status Dan Kekuasaan Orang Batak Toba Bagian Sejarah Batak (Edisi Revisi). Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2009.

David Susilo Pranoto, “Tinjauan Teologis Konsep Bangsa Israel Tentang Kematian,” Manna Rafflesia 4. No. 1 (2017), https:// doi.org/10. 38091/ man_raf.v4i1.

Desi Sarmauli Manullang, “The Description of Symbolic Meaning in Saur Matua Death Ceremony in Batak Toba,” n.d., htt. Diakses 14 Oktober 2023, 16.30 WIB.

Edgar. H Schein. Organitation Culture and Leadership 5rd Edition. Sun Francisco: Jossey-Bass, 2015.

Eva Junita. Upacara Kematian Saur Matua Pada Adat Masyarakat Batak Toba. Pekan Baru, Riau: Universitas Riau Kampus Bina Widya, 2016.

Fajar Siboro. Ritual Kematian Orang Batak, dalam https://budaya-indonesia. org/Ritual-Kematian-Orang-Batak.

Henry James Silalahi. Pandangan Injil Terhadap Upacara Adat Batak. Sumatera Utara: Pelayanan Misi Kristus Yayasan Karya Misi Kasih, 2005.

J. Warneck. Kamus Batak Toba Indonesia. Medan: Penerbit Bina Media, 2001.

J.P. Sitanggang. Batak Na Marserak (Orang Batak Yang Terpencar). Jakarta: Raja Na Pogos, 2014.

James Montmogery Boice. Dasar-dasar Iman Kristen. Surabaya: Momentum, 2015.

Johana R. Tangirerung. Berteologi Melalui Simbol-Simbol. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2017.

Jonar Situmorang. Asal-usul, Tradisi Budaya Batak Toba. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2023.

Jonar Situmorang. Menyingkapi Misteri Dunia Orang Mati. Yogyakarta: ANDI, 2021.

Julasber Silaban. Siasat Gereja. Medan: HKBP Distrik X Medan-Aceh, 2013.

Kobong. Iman dan Kebudayaan. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2009.

Koentjaraningrat. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia, 1979.

L. Schreiner. Adat dan Injil: Perjumpaan Adat Dengan Iman Kristen di Tanah Batak. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.

Lothar Schreiner. Adat Dan Injil. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.

Louis Berkhof. Theologi Sistematika Buku 6: Doktrin Akhir Zaman. Surabaya: Momentum, 2007.

Marzali. Agama dan Kebudayaan. Indonesia Journal Of A Anthropology 1 (1), 2016.

Merdeka.com. Makna Kerbau Bagi Orang Batak, Sebagai Simbol Kehidupan dan Dipakai Pada Upacara Adat., dalam https:// www. merdeka. com/sumut/ dari-simbol-kehidupan-hingga-upacara-adat-kematian-ini-3-arti-kerbau-bagi-suku-Batak-html.

Muri Yusuf. Metode Penelitian. Jakarta: Kencana, 2016.

Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.

Nanang Martono. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012.

Nelson Lumban Toruan. Kearifan Lokal Masyarakat Batak Toba. Medan: CV. Mitra, 2012.

P. Hendrik Njolah. Misteri Kematian Manusia. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara, 2003.

Panggabean, dkk. Kekristenan dan Adat Budaya Batak Dalam Perbincangan. Jakarta: Kerabat dan Dian Utama, 2001.

Ray Summers. Kehidupan di Balik Kubur. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2000.

Relly M. Hasugian. Upacara Kematian Saur Matua Batak Toba. Medan, 2017

Richard Niebuhr. Christ And Culture. New York: Harper and Row Publisher, 1956.

Richard Sinaga. Meninggal Adat Dalihan Natolu (Adat Tu Na Monding). Jakarta: Dian Utama, 2010.

Risnawati, dkk. Buku Ajar Agama Kristeen Protestan. Medan: USU Press, 2018.

Rudolf Pasaribu. Agama Suku Dan Batakologi. Medan: TP, 1988.

Samsul Maarif. Toleransi dan Terorisme Riset dan Kebijakan Agama di Indonesia. Jakarta: Pusat Studi Agama dan Demokrasi Yayasan Paramadina, 2017.

Sapariah Saturi. Kerbau Dalam Tradisi Masyarakat Batak, dalam https://www.mongabay.co.id/2023/07/18/kerbau-dalam-tradisi-masyarakat-Batak/.

Sihombing. Koeksistensi Adat Batak dan Iman Kristen. Medan: Partama Mitra Sari, 2015.

SJ Edward G. Farrugia. Kamus Teologi. Yogyakarta: Fakultas Teologi Wedabhakti Yogyakarta, 1995.

Soerjono dan Budi. Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015.

Stephen. B Bevans. Model-Model Teologi Kontekstual. Maumere: Ledalero, 2002.

Suara Mahasiswa, “Upacara Saur Matua: Menyambut Kematian Dengan Sukacita,” last modified 2023, https://suaramahasiswa.com. Diakses 20 Oktober 2023, 21.15 WIB.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2013.

Tampubolon. Pustaka Tombang Holing Adat Batak-Patik Uhum I-II. Jakarta: Dian Utama dan Kerabat.

Tuhoni Telembanua, Uwe Hummel. Studi Sejarah Dan Sosial-Budaya Tentang Perjumpaan Kekristenan Dan Kebudayaan Asli di Nias dan Pulau-pulau Batu. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.

William Barclay. The Revelation Of Jhon Vol.2. Philadelpia: The Westminster Press, 1960.

Winton Tambunan. Makna Upacara Kematian Saur Matua Bagi Komunitas Batak Toba. UKSW Salatiga, 2017.

Yewangoe. Mengupayakan Misi Gereja Yang Kontekstual. Jakarta: Perhimpunan Sekolah-sekolah Tinggi Theologia di Indonesia, 1995.




DOI: https://doi.org/10.46965/ja.v22i2.2560

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.

Copyright © 2017
Institut Agama Kristen Negeri Tarutung
Kampus I : Jalan Pemuda Ujung No. 17 Tarutung
Kampus II : Jalan Raya Tarutung-Siborongborong KM 11 Silangkitang Kec.Sipoholon Kab. Tapanuli Utara
email: info@iakntarutung.ac.id